2. Sekte-sekte dalam tubuh Syiah.
Didalam tubuh Syiah terdapat berbagai macam kelompok-kelompok dan aliran sebagian ulama menyebutkan bahwa ada sekitar puluhan kelompok didalam Aliran ini, tetapi dari kesemua kelompok ini bermuara pada kelompok besar yang nantinya menghasilkan kelompok kecil tadi . Imam Abu Hasan Asyariy menyebutkan bahwa ada tiga kelompok besar dalam tubuh Syiah. Senada dengan itu Al Bagdadi didalam bukunya membagi Syiah menjadi tiga kelompok besar yang nantinya menelurkan sekte yang lainnya, ketiganya itu adalah az zaidiyah yang nantinya terbagi menjadi tiga kelompok. Al kaisaniyyah terbagi menjadi dua kelompok, dan kemudian al Imamiyah yang terbagi menjadi limabelas kelompok[1]. Sementara itu asyarastani dalam bukunya membagi Syiah menjadi lima bagian besar, yang pertama kaisaniyyah, yang kedua zaidiyyah, yang ketiga Imamiyyah, yang keempat Syiah Gulat kemudian yang terakhir ismailiyyah[2]. Dan disini kami akan mencoba mengungkap secara singkat sedikit tentang sejarah pendiri dan pemahaman the big firaq Syiah ini.
A. A. Az zaidiyyah.
Setelah kematian husain bin Ali Ra cucu Nabi Saw, maka kaum Syiah semakin berkembang dan semakin meningkat ke ghulu-annya terhadap ahlul bait, dan pada masa Ali bin husain atau yang bergelar dengan Zainal Abidin kaum Syiah berusaha keras untuk mengeluarkannya dari penguasa bani umayyah, karena mereka melihat Ali zainal abidin lebih dekat dengan zaid Muawiyah, bahkan di sebuah riwayat mengatakan bahwa zaid sering duduk dan makan bersama Ali bin husain[3]. dan Ali bin husain mempunyai beberapa anak. Diantaranya zaid bin Ali bin husain, muhammad bin Ali bin husain, dan Umar bin Ali bin husain[4]. Dan zaid bin Ali inilah nantinya menjadi cikal bakal lahirnya az zaidiyyah, sementara saudaranya muhammad adalah salah satu Imam dari Imam yang diyakini oleh sekte istna asyariyyah. Menurut Imam Abu Zahra dalam bukunya tarikh mazahib Islamiyyah bahwa Syiah zaidiyyah adalah satu satunya mazhab yang dekat dengan ahli sunnah, sekAlipun disisi lain abu zahra membagi zaidiyyah menjadi dua golongan mutaqqdimin dan mutaakhirin[5].
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa zaid bin Ali adalah sosok yang cukup cerdas beliau banyak mempunyai guru-guru yang terkenal seperti dalam ilmu ushul beliau belajar kepada washil bin atha al gazzal tokoh dan pembesar Muktazilah[6] dan merupakan tabakat ke empat dari ulama Muktazilah[7] beliau banyak mengambil ilmu dari washil utamanya yang menyangkut dengan kekhAlifaan dan itu berlanjut ke tabakat zaidiyyah selanjutnya. Diriwayatkan pula bahwa Imam abu hanifah banyak mengambil ilmu dari beliau melalui perantara Ibrahim[8]
Setelah kematian zaid bin Ali para Sahabat zaid bin Ali pun tersebar dan menjauh dari pemerintahan Islam mereka menybarkan Islam di daerah non muslim dengan mazhab zaidiyyah,[9] menurut syhrastani para pengikut zaidiyyah inipun mulai keluar dari amir mereka dan banyak berbicara tentang Imamah[10] dan sebagian mereka mencela para Sahabat. Dan merekapun terbagi menjadi tiga kelompok yaitu pertama al jarudiyyah,yang kedua as sulaimaniyyah, dan yang ketiga al butriyyah.. Almasudi dalam bukunya muruj azzahbi menyebutkan bahwa para penulis buku perbandingan agama seperti muhammad bin harun al warrak ia membagi zaidiyyah menjadi delapan bagian. Imam abu hasan al asyari menyebutkan dalam bukunya maqalat Islamiyyin bahwa zaidiyya terbagi menjadi enam kelompok. Didalam farqu baina firaq senada dengan asyarstani al bagdadi menyebutkan bahwa kelompok az zaidiyyah terbagi menjadi tiga kelompok.
a. Al Jarudiyyah . mereka adalah pengikut Abi Jarud. Kelompok ini beranggapan bahwa Rasulullah Saw memberikan nas berupa sifat tampa nama kepada Ali untuk menjadi Amirul Mukminin. Dan kelompok ini beranggapan bahwa para Sahabat telah kafir karena mereka tidak membait Ali Ra. Dan mereka berkata juga bahwa kehkAlifaan setelah Ali adalah hasan dan setelah itu saudaranya Husain. Dan dalam masalah Imam Mahdi mereka terpecah menjadi dua golongan yang pertama, mereka menunggu Muhammad bin qasim bin Ali bin Umar bin Husain, dan mereka tidak mempercayai kematiannya. Kelompok kedua mereka menunggu Muhammad bin Umar yang keluar kekufah dan merekapun tak mempercayai kematian mereka.[11]Al bagdadi di akhir tulisannya mengatakan bahwa mengkafirkan mereka adalah wajib, karena mereka mengkafirkan Sahabat.[12]
b. As Sulaimaniyyah. Mereka adalah pengikut Sulaiman Bin Jarir Az Zaidiy. Kelompok ini mengatakan bahwa pengangkatan Khalifah haruslah lewat musyawarah dan kelompok ini membolehkan mengangkat Imam yang di utamakan, dan mereka mengakui kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, akan tetapi pendiri dari kelompok ini sulaiman bin jarir mengkafirkan Utsman bin affan Ra, dan ahlussunnahpun mengkafirkan Sulaiman karena ia mengkafirkan Usman, dan menurut kelompok ini ummat telah melakukan kesalahan dikarenakan mereka mengangkat Umar dan Abu Bakar sebagai Khalifah padahal yang lebih utama adalah Imam Ali Ra, tetapi kesalahan ini menurut mereka tidaklah membuat mereka menjadi kafir.[13]
c. Al Butriyyah kelompok ini mempunyai dua pimpinan salah satu diantaranya adalah Hasan Bis Shalih Bin Hay. Pandangan kelompok ini hamper mirip dengan kelompok sulaiman bin jarir, hanya saja kelompok ini mereka tidak berbicara panjang lebar tentang Utsman Ra. Dan kelompok ini menurut al bagdadi sangatlah dekat dengan ahlu Assunnah. Imam muslim dalam musnad sahihnya menerima periwayatan Hasan Bin Salih Al Hay.[14]
Dari ketiga kelompok zaidiyyah ini mereka sAling mengkafirkan satu dengan yang lainnya,Abdul Qahir mengatakan bahwa Al Butriyyah dan As Sulaimaniyyah dari Zaidiyyah mengkafirkan al jarudiyyah disebabkan mereka mengkafirkan kedua Sahabat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu Anmhum. Dan Al jarudiyyah mengkafirkan As sulaimaniyyah dan Al Butriyyah karena mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar dan Umar[15].
B . Al kaisaniyyah .
mereka adalah pengikut Mukhtar Bin Abi Ubaid Atsaqafi, Menurut pendapat sekte ini yang berhak menjadi Khalifah setelah Imam Ali adalah Muhammad bin hanafiyyahdan menurut mereka Muhammad bin hanafiyyah menerima wasiat dari bapaknya Ali Ra. Pendapat lain mengatakan bahwa pucuk kepemimpinan setelah Imam Ali adalah hasan, kemudian Husain, kemudian Muhammad bin hanafiyyah[16] Dan juga menurt kelompok ini tak satupun dari ahlul baitnya yang bisa menghidar darinya dan keluar selain mendapatkan izin dari Muhammad bin hanafiyyah.[17] Diriwayatkan bahwa keluarnya Imam hasan berperang melawan Muawiyah Ra adalah perintah dari Muhammad bin hanafiyyah begitu pula Imam Husain yang berperang melawan yazid itu dengan izin Muhammad bin hanafiyyah. Bahkan menurut kelompok ini yang berani berpAling dan tidak sependapat dengan ibnu hanafiyyah maka ia kafir.[18]kelompok ini terbagi menjadi empat bagian : Al Mukhtariyah, Al Hasyimiyyah, Al Bayaniyyah dan yang terakhir Ar Rizamiyyah.
C. Imamiyyah
kelompok ini adalah kelompok Syiah yang terbesar dan gerakannya masih ada sampai sekarang kita bisa mendapati kelompok ini di sebagian besar iran dan irak begitu pula sebagian Pakistan dan mazhab ini telah tersebar di Negara-negara Islam lainnya. Penisbahan nama Imamiyah menurut abu Zahra bahwa mereka berkeyakinan bahwa Imamah tidaklah diketahui dengan dengan sifatnya tetapi Nabi langsung menunjuk langsung Imam tersebut , pendapat ini sangat bertentangan dengan pendapat zaid bin Ali. Menurut kesepakatan mereka bahwa Rasulullah memberikan wasiat langsung kepada Imam Ali Ra dengan nash yang jelas dan zahir untuk menggantikannya ketika ia nantinya meninggal dunia.dan mereka beristinbat dengan dAlil-dAlil dari nash yang sharih seperti kisah gadir khum dan masih banyak lagi argument-argumen yang mereka gunakan untuk menguatkan pendapatnya.[19]
Setelah mereka sepakat bahwa Nabi Saw memberikan mandat kepada Imam Ali untuk menjadi Khalifah, maka kelompok inipun sepakat bahwa Imam Ali mewasiatkan kepemimpinan kepada anak-anak Fatimah, hasan dan Husain Radiyallahu Anmhuma[20]. Kelompok Imamiyah ini sepakat mengangkat mereka berdua menjadi Khalifah setelah Imam Ali Ra. kemudian merekapun berbeda pendapat setelah meninggalnya Imam Husain, bahkan menurt syarastani perbedaan itu mencapi tujuh puluh kelompok [21]dan tujuh puluh itu yang terbesar Cuma dua kelompok , yang pertama itsna asyariyyah dan kelompok ismailiyyah.[22]
Ustaz Al Asfariyny menjelaskan secara global pendapat asyari tentang kelompok ini ia mengatakan bahwa golongan Imamiyah beranggapan bahwa Al Quran yang ada sekarang ini telah terjadi penambahan dan pengurangan oleh Sahabat. Dan mereka juga beranggapan bahwa saat sekarang ini mereka tak lagi berpegang kepada Al Qurandan begitu pula khabar yang datangnya dari Nabi Saw,dan juga syariat yang ada ditangan kaum muslimin sekarnag, karena mereka menunggu al mahdi yang akan keluar dan mengajarkan kepada mereka syariat.[23]
Al Bagdadi menyebutkan dalam bukunya bahwa kelompok ini terbagi menjadi lima belas cabang yaitu : Al Kamiliyyah, Al Muhammadiyyah, Al Baqiriyyah, An Nawusiyyah, As Syamaytiyyah, Al Ammariyyah, Ismailiyyah, Al Mubarakiyyah, Al Musuwiyyah, Al Qatiyyah, Itsna Asyariyyah, Al Hasyimiyyah, Az Aurariyyah, Al Yunusiyyahdan Asyaitaniyyah.[24]
[1] Al farqu bainal firak hal 30, oleh, Imam abu mansur abdul qahir bin tahir bin muhammad al bagdadi.
[2] Lihat milal wa nihal, jilid 1 hal: 155 oleh abi al fattah bin abdul karim asyharastani
[3] Dirasat fi al firaq al Islamiyyah hal 152.
[4] Dirasat fi al firaq al Islamiyyah hal 153. Oleh kumpulan ulama aqidah di al azhar
[5] Tarikh mazahib Islamiyyah hal: 46 oleh, Imam Muhammad abu Zahra.
[6] Lihat milal wa nihal, jilid 1 hal: 163 oleh abi al fattah bin abdul karim asyharastani
[7] Lihat thabakat Muktazilah hal26 olehahmad bin yahya al muratadha.
[8] Ibid hal 154.
[9] milal wa nihal, jilid 1 hal: 165 oleh abi al fattah bin abdul karim asyharastani
[10] Imamatul mafdhul.
[11] Al farqu bainal firak hal 31, oleh, Imam abu mansur abdul qahir bin tahir bin muhammad al bagdadi
[12] Ibid hal 32
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Ibid hal : 33
[16] Al firaq al kalamiyyah al Islamiyyah madkhal wa dirasah, hal149 oleh DR Ali abdul Fattah.
[17] Dirasat fi al firaq al Islamiyyah hal 147. Oleh kumpulan ulama aqidah di al azhar
[18] ibid
[19] Tarikh mazahib Islamiyyah hal: 47 oleh, Imam Muhammad abu Zahra
[20] Ibid hal 48.
[21] milal wa nihal, jilid 1 hal: 172 oleh abi al fattah bin abdul karim asyharastani
[22] Tarikh mazahib Islamiyyah hal: 47 oleh, Imam Muhammad abu Zahra
[23] Al firaq al kalamiyyah al Islamiyyah madkhal wa dirasah, hal148 oleh DR Ali abdul Fattah
[24] Al farqu bainal firak hal 46, oleh, Imam abu mansur abdul qahir bin tahir bin muhammad al bagdadi
0 komentar:
Posting Komentar